21 juni 2010
Kebebasan berkreasi untuk mengeksplorasi sains harus diperkenalkan sejak dini. Membiasakan anak-anak mencari proyek-proyek sains yang kecil-kecil, menumbuhkan minat anak pada sains semakin meningkat. Salah satu kunci utama yang diperlukan untuk belajar sains adalah rasa ingin tahu yang besar. Benar. Untuk menggalakkan kecintaan anak-anak pada dunia sains, dimulai dengan memperkenalkan anak-anak pada proyek-proyek sains yang sederhana namun menantang bagi mereka. Saya sangat salut dengan ide dan rancangan penelitian sains yang dimunculkan. Sederhana, namun menggelitik dan sering dialami masyarakat.
Model kegiatan ini diharapkan terus berlanjut dan berkembang yang sejalan dengan Visi IPTEK 2025 (SK Menristek No 111/M/Kp/IX/2004) yang menargetkan Indonesia termasuk ke dalam 25 negara termaju di dunia pada 20 tahun ke depan.
Tentunya penguasaan ilmu ilmu dasar akan menjadikan kita sebagai negara yang diperhitungkan dalam percaturan dunia, karena negara negara yang kuat saat ini adalah yang menguasai ilmu ilmu dasar dan memanfaatkannya untuk kecerdasan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyatnya serta kemajuan negerinya.
Model kegiatan semacam ini akan dapat menumbuhkan kreativitas guru dan siswa, secara lambat laun pembelajaran sains akan bergeser kepada siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator, sehingga siswa terkondisikan menjadi kritis, kreatif, dan dapat mengeksplorasi alam sesuai dengan kemampuannya. Konsekuensi lanjutannya adalah terjadinya proses alienasi siswa dari lingkungannya. Siswa tidak paham untuk apa sains itu dipelajari, karena konsep-konsep sains yang mereka pelajari tidak bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari harinya. Muncullah anggapan, mempelajari sains merupakan beban bagi mereka dan akhirnya siswa pun merasa sains merupakan momok, yang menakutkan dalam pembelajarannya. Padahal, semestinya proses pembelajaran sains dimulai dari mengamati fenomena-fenomena alam secara terstruktur.
Sains sebagai bidang ilmu dan sebagai proses untuk mengetahui dinyatakan dalam kurikulum pendidikan sains. Sains sebagai bidang ilmu, lebih banyak mengarahkan siswa lebih memahami konsep-konsep sains yang ditemukan oleh para ilmuwan sains, lebih banyaklah siswa dijejali dengan pengetahuan sains yang bersifat ingatan. Padahal landasan filosofi pembelajaran sains adalah filsafat pendidikan progresivisme, proses pembelajaran sains yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman dengan teman sebaya”. Progresivisme sangat berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pembelajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan oleh buku teks dan tes tertulis, sehingga seolah-olah tergambar pembelajaran sains di sekolah sangat jauh dari dunia nyata, sehingga hanya memiliki sedikit bahkan tidak bermakna bagi sebagian siswa.
Sumber: semangat belajar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar