Sabtu, 31 Maret 2012

Ketika Sastra Termakan Zaman


Melihat gejolak perubahan yang ada di dunia, seakan-akan mata tak mampu berkedip memandangnya, mulut tak henti mengomentarinya, bibir tak henti memujanya, lidah tak jenuh tuk mencicipi manisnya. Adakah yang tahu akan kekuasaannya, ataukah ada yang mampu menghalangi kekuatannhya.

Semakin jauh kita menelaah semakin banyak hipotesis yang bermunculan dari bibirnya, semakin selalu kita memandangnya semakin bermunculan argumen yang ada. Itulah dunia saat ini yang memanah kita sampai tewas dalam keadaan berdiri.

Bagaimana dengan pergerakan sastra yang ada? adakah yang berubah ataukah ada yang hilang dari jati dirinya? ternyata sastra  semakin pudar dikala zaman menghapusnya. Entah siapa yang salah dan siapa yang patut disalahkan akan kepunahan sastra saat ini.

Beberapa yang semakin hilang ditelinga adalah  Sastra lisan bahasa Moronene Kabaena, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini terancam punah akibat tidak adanya generasi penerus yang berminat mempelajari sastra tersebut. 

Sastra lisan yang terancam punah yakni Kada (syair kepahlawanan), Ohoohi (syair penyambutan tamu), Tumburi`ow (dongeng) dan ka'oliwi (amanah leluhur). Ini baru digorontalo bagaimana di  daerah lain? adakah yang mampu kita lakukan akan hal ini? Dapatkah kita mencegahnya dari sekarang dan apa yang kita bisa lakukan.


2 komentar: