News Update :
Home » » Inilah Para Kolonel Pengguncang Penguasa Indonesia

Inilah Para Kolonel Pengguncang Penguasa Indonesia

Penulis : Rey Yudhistira on Selasa, 07 September 2010 | 11.22

Apa yang dilakukan Kolonel Adjie belum seberapa dibandingkan senior-seniornya. Kolonel Adjie hanya mengkritik untuk kebaikan, tidak lebih dari pada itu. Tidak seperti senior-seniornya di bawah ini.

1. Kolonel Zulkifli Lubis.


Pada 30 Nopember 1957, terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno yang dikenal dengan Peristiwa Cikini. Orang yang saat itu dan di kemudian harus menjadi tersangka utama adalah Kolonel Zulkifli Lubis, mantan Direktur Badan Intelijen Angkatan Darat dan Wakil KASAD yang juga menjadi salah satu calon KASAD pada 1955.

2. Kolonel Achmad Husein. 

Dia merupakan pimpinan dari Pemberontakan PRRI/Permesta yang didahului dengan pembentukan dewan-dewan di beberapa daerah di Sumatera. Pada 1958 didirikan organisasi yang bernama Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang diketuai Kolonel Husein. Gerakan Husein ini akhirnya mendirikan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di Bukittinggi dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat presiden.

3. Letkol Ventje Sumual.

Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) pada hari berikutnya mendukung dan bergabung dengan PRRI sehingga gerakan bersama itu disebut PRRI/Permesta. Permesta yang berpusat di Manado tokohnya adalah Letnan Kolonel Ventje Sumual, Mayor Gerungan, Mayor Runturambi, Letnan Kolonel D.J. Samba, dan Letnan Kolonel Saleh Lahade.
4. Letkol Untung Syamsuri. 

Pada 1965 mucul peristiwa G/30S/PKI. Di mana dalam peristiwa itu diketahui ratusan perwira (terbanyak unsur AD) berhasil dibina PKI untuk melakukan penculikan para petinggi TNI AD. Tokoh utama peristiwa ini adalah Komandan Batalyon I Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri.
5. Kolonel Abdul Latief 

Kolonel Abdul Latief (Komandan Brigif 1 Kodam V Jaya) bersama Brigjen Suparjo, Kol Suherman (Asisten 1 Pangdam VII Diponegoro), Kolonel Udara Sudiono dan Mayor Udara Sujono juga dinyatakan terlibat G30S/PKI.

Setelah Soekarno lengser dan Soeharto menjadi presiden, 'penyerangan' perwira TNI terhadap presiden juga masih terjadi. Hal itu dilakukan Kolonel Abdul Latief. Latief sendiri menyatakan karier kemiliterannya nyaris selalu mengikuti jejak Soeharto. Pada gilirannya membuat hubungan Latief dan Soeharto bukan lagi sekedar bawahan dan atasan, melainkan sudah sebagai dua sahabat. 
 
Soeharto tahu Latief tak akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan dirinya. Sudah sejak setelah agresi kedua, Latief merasa selalu mendapatkan kepercayaan dari Soeharto sebagai komandannya yakni memimpin pasukan pada saat yang sulit. Namun semua berubah ketika Latief menuduh Soeharto terlibat G/30S/PKI.


source : detik com
Share this article :

Posting Komentar

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Bukan Sastrawan . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger