News Update :
Home » » Sitor Situmorang, Karena Sastrawan Bukan Malaikat

Sitor Situmorang, Karena Sastrawan Bukan Malaikat

Penulis : Rey Yudhistira on Kamis, 21 Oktober 2010 | 09.21



Suaranya masih bergemuruh di usia yang menanjak 82. Gayanya juga masih khas: menggebrak, menunjuk, atau mengguncang pundak lawan bicara sambil terkekeh—terutama jika menyangkut soal politik di sekitar tahun 1965. Sitor Situmorang memang tak bisa dipisahkan dari situasi politik ketika itu yang membuat dua kubu seniman berhadapan secara tegas. Di satu sisi ada seniman-seniman realisme-sosialis yang mendukung kebijakan Presiden Soekarno dan di seberangnya berdiri para seniman muda yang kemudian disebut kelompok Manikebu (Manifes Kebudayaan). “Situasi dunia akibat perang dingin antara Amerika dan Soviet yang membuat politik seperti itu,” katanya.

Banyak yang mengkritik, atau menyayangkan, terjunnya Sitor ke politik sehingga “mengganggu” bakat kepenyairannya. Pada awal-awalnya, puisi-puisi Sitor membawa gaya sendiri dengan menengok kembali tradisi lama berupa pantun, dengan renungan personal yang sublim. Setelah Sitor aktif di Lembaga Kebudayaan Nasional sajak-sajaknya lebih banyak menyuarakan pujipujian politik, terutama setelah ia melawat ke Tiongkok. A. Teeuw dan Asrul Sani menyebut Sitor sebagai “penyair yang hebat tapi politikus picisan.”

Karena aktivitasnya itu, Sitor kemudian mendekam di penjara Salemba selama delapan tahun sejak 1966. Selepas dari bui, ia melanglang ke berbagai kota di dunia. Terakhir ia menetap di Belanda dan mendapat istri seorang diplomat di sana, sambil mengajar bahasa Indonesia di Universitas Leiden dari 1978 sampai 1988. Sitor berseloroh, kepulangannya ke Indonesia kali ini untuk mengantarkan teman-temannya ke alam baka. Sejak ia di Indonesia, para sahabatnya meninggal dunia: Ramadhan KH disusul Pramoedya Ananta Toer.

Dari dua jilid kumpulan sajak yang terentang antara 1948 hingga 2005, ada 605 sajak yang pernah dibuat Sitor. Belum lagi sajak yang tercecer sebagai hadiah ulang tahun seseorang atau kado di sebuah pesta. 


Share this article :

+ komentar + 8 komentar

21 Oktober 2010 pukul 09.28

orang ini memang mantap!
salah satu kiblat saya dalam bersajak

21 Oktober 2010 pukul 09.37

semoga mereka menjadi suber inspirasi untuk siapa pun

22 Oktober 2010 pukul 04.54

Baru sekarang aku tahu wajah dari Sitor Situmorang... :)

22 Oktober 2010 pukul 04.55

Ternyata beliau sudah tua juga ya...

22 Oktober 2010 pukul 06.04

tidak asing lagi dengan nama Sitor Situmorang,, walaupun saya bukan sastrawan tapi termasuk penggamar beliau.

23 Oktober 2010 pukul 07.16

dy kyknya lbih ke poetry ya bro..
ulasan keren

23 Oktober 2010 pukul 21.14

SOSOK MANUSIA SASTRA

24 Oktober 2010 pukul 07.03

betapa kerennyaaaaa

Posting Komentar

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Bukan Sastrawan . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger