News Update :
Home » » Pemimpin Indonesia Terlalu Kagum pada Asing

Pemimpin Indonesia Terlalu Kagum pada Asing

Penulis : Rey Yudhistira on Jumat, 17 September 2010 | 15.32


JakartaMUSJANnews - Penyampaian kuliah Profesor David T Ellwood dari Universitas Harvard, AS, terkait penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan kesejahteraan rakyat, menunjukkan adanya sikap pemimpin bangsa yang terlalu kagum pada kemampuan orang asing.

"Ini mengesankan kita adalah bangsa `inlander` yang perlu dikuliahi `bule` atau pihak asing, kemudian seperti terpuaskan meski hanya sesaat," ujar Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan di Jakarta, Jumat.


Sementara pada sisi lain, ia menambahkan, bangsa ini tidak mau mendengar dari orang yang sesungguhnya lebih mengerti yaitu para ahli di dalam negeri.

Profesor David T Ellwood berbicara dalam acara Presidential Lecture di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/6) atas undangan Presiden SBY. Turut hadir pula Wakil Presiden Boediono, pimpinan Badan Usaha Milik Negara, rektor perguruan tinggi, sejumlah perwakilan negara sahabat, serta kalangan praktisi media massa.

"Pemimpin kita begitu silau dengan kepandaian, kesuksesan, atau kehebatan orang luar dibanding menghargai milik bangsanya sendiri. Padahal di tanah air cukup berjubel para ahli yang bisa menangani kemiskinan, pengangguran, maupun kesejahteraan rakyat," katanya.
Mental `inlander` (inlander complex), ujar Syahganda, merupakan sikap dan perasaan kurang percaya diri atau bahkan merasa rendah diri (inferiority complex) di hadapan bangsa lain sekaligus menakar kapasitas diri serta bangsanya lebih kecil.

"Sikap `inlander` ini tidak boleh lagi ada pada bangsa dan pemimpin kita, karena kita adalah bangsa pejuang yang sudah lama merdeka sehingga memiliki kedaulatan yang sama di antara bangsa-bangsa, termasuk bangsa maju sekalipun," ujar Syahganda.

Bangsa Indonesia, menurut dia, harus menampilkan kesetaraan dengan bangsa mana pun di dunia.

Dikatakannya bahwa dengan diceramahi orang asing tentang kemiskinan, pengangguran, dan kesejahteraan, Indonesia telah meletakkan kapasitas serta kedudukan yang lemah alias tidak banyak mengerti persoalan tersebut, karena itu memerlukan bantuan penjelasan pakar asing.
Padahal, kata Syahganda, bangsa Indonesia justru lebih mengenal permasalahannya di samping memiliki sejumlah besar ahli untuk memecahkan ketiga hal tersebut.

"Masalah terbesarnya adalah cara pandang dan sikap pemerintah yang keliru dan menjadi tidak percaya diri untuk diatasi bersama-sama para ahli maupun praktisi di tanah air, kecuali jika ada orang asing yang dihadirkan, " tuturnya.


 source : antara news

Share this article :

Posting Komentar

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Bukan Sastrawan . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger