News Update :
Home » » Cikal Bakal Sureq La Galigo dan Sastra Makassar

Cikal Bakal Sureq La Galigo dan Sastra Makassar

Penulis : Rey Yudhistira on Sabtu, 18 Desember 2010 | 10.07



Berikut beberapa kilasab mengenai cikal bakal Sureq La Galigo, pada mulanya Muh. Salim - salah seorang penerjemah Sureq Lagaligo bahwa Kitab tersebut berbahasa Proto Bugis (Bugis Kuno) bercampur bahasa Sansekerta. Dan menurutnya, hanya tersisa kurang lebih 100 orang saja di Sulawesi Selatan yang mengerti bahasa tersebut.

Olehnya itu Muh. Salim butuh waktu 5 tahun 3 bulan untuk menyelesaikan terjemahan yang seluruhnya berjumlah 300.000 baris yang terbagi dalam 36 Bab itu. (dikutip dari catatan Ashari Thamrin).

Dan perlu diketahui Kitab La Galigo memiliki panjang sekitar 300 ribu baris. Dua kali lebih panjang dibanding Kitab Mahabharata dan Ramayana dari India.

Salim yang berdarah bugis dan lancar berbahasa bugis ternyata butuh waktu lama dan kesulitan menerjemahkan Kitab tersebut. Kedua, bagaimana hal itu bisa ada (sebagaimana Muh. Salim katakan) sedangkan selama ini kita semua mengetahui dan meyakini bahwa Lontara Bugis adalah merupakan pengembangan dari Aksara Lontara Makassar...?

Bahwa bahasa yang merupakan turunan terakhir di Sulawesi Selatan adalah bahasa Mandar dan Bugis. Kedua bahasa ini diturunkan dari bahasa Wolio (Buton). Bahasa Wolio sendiri adalah turunan dari bahasa Makassar. Dalam "Lontara Makassar" yang ditulis oleh Drs. Syarifuddin Kulle dan Zainuddin Tika, SH mengungkapkan bahwa Lontara Makassar (Lontara pertama/ Lontara Jangang-Jangang) ini tercipta karena pengaruh dari pola bunyi dan aksara Sangsekerta.

Berikut kutipannya "Saat kebingungan itu, muncullah ide dari Daeng Pamatte yang saat itu menjabat sebagai syahbandar (sabannara) dermaga Somba Opu. Ia memperhatikan burung-burung dari berbagai gaya, baik gaya terbang, berdiri. dari hasil pengamatan terciptalah 18 aksara. Lontara itu kemudian dikenal dengan istilah Lontara Jangang-Jangang (Jangang-jangang = burung). (Monografi kebudayaan Makassar di Sulawesi Selatan, 1984 : 10). Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa Lontara Jangang-Jangang ini tercipta karena pengaruh dari pola bunyi dan aksara Sangsekerta (A. Moein MG, 1990 : 14)".

Aksara Pallawa pun tersebut mempunyai jumlah 18 aksara berikut bunyinya sama dengan Lontara Mangkasara (Lontara Jangang-Jangang ciptaan Daeng Pamatte'). Sejarah lahirnya Lontara Makassar inilah yang dimaksud oleh Salim, jadi sangatlah salah kalau Salim mengatakan bahwa bahasa asli dari Sureq Lagaligo itu bercampur dengan Aksara Sangsekerta..

Lalu apa alasan Salim menutupinya dengan “Proto Bugis” bercampur bahasa Sangsekerta dan hanya tersisa 100 orang saja yang mengerti...? Hanya Allah dan dia saja yang tahu. Belum puas sampai disitu. bahwa untuk benar-benar memastikan Kitab Lagaligo itu bukan berbahasa Bugis, tapi berbahasa lain..

Prof. DR. Ahmad M. Sewang, M.A melalui bukunya yang berjudul ISLAMISASI KERAJAAN GOWA, ditulis bahwa B.F. Matthes pada tahun 1883 menghimpun Lontara Pattorioloang dan Lontara Latoa milik Gowa Tallo, Lontara Pattorioloang ini selanjutnya diberi judul Makassaarche Crestomathie, dan disebutkan pula bahwa dalam menggunakan jenis Lontara ini diperlukan kehati-hatian, sebab sebagian bercampur mitos, hal 11 dan 12)*

Akhirnya jelaslah akan semuanya bahwa Lontara asli yang di tulis ulang oleh Collieq Pujie bersama Matthes sebagaimana kita ketahui bersama, diatas kertas papirrus yang lebih dikenal dengan nama Sureq Lagaligo yang menjadi tanda tanya besar selama ini bagi masyarakat, adalah Lontara Pattorioloang milik Gowa Tallo dengan kata lain Sureq Lagaligo adalah KARYA SASTRA MAKASSAR.



Diambil dari berbagai sumber
Share this article :

+ komentar + 10 komentar

18 Desember 2010 pukul 11.50

ternyata Makasar punya warisan seperti ini ya :) hebat :)

19 Desember 2010 pukul 00.03

sastra makassar emang perlu dilestarikan dan di akui oleh dunia bang

19 Desember 2010 pukul 01.57

makin banyak mengerti dengan sastra Makassar

23 Desember 2010 pukul 20.14

Sastra makasar harus di pertahankan sob...

24 Desember 2010 pukul 01.23

sebagai orang makassar , kita patut pertahankan sastra yang ada di MKS

24 Desember 2010 pukul 02.31

Pertahankan selalu sastra negeri kita ini, sastra Makasar......

ngomong2 soal Makasar,,,jadi ingin berkunjung ke Makasar jadinya... :-)

24 Desember 2010 pukul 20.37

wah panjang juga sejarahnya yaa :)
kita sebgai anak bangsa harus menjaga warisan ini dengan sebaik-baiknya...

Anonim
6 April 2011 pukul 21.03

.Ini bukan sastra makassar,ini sastra Tana Luwu.
.Mau bukti konkrit,silahkan ke Luwu n anda bakal liat sureq La Galigo itu identik dengan Luwu.

5 Juli 2011 pukul 04.16

Sureq Lagaligo itu namanya Lontara babang Luwu, Tulisan Lontara babang yg di gunakan oleh orang2 Luwu masa lampau sebelum kerajaan gowa dan bone muncul sehingga sedikit meresap aksara bugis di dlmnya,namun satupun aksara lontara makassar tdk meresap di dlmnya,percuma aja mo klaim2 kl gk ada bukti otentiknya

10 Juni 2013 pukul 10.45

sureq La Galigo itu maksudnya gimana bang?

Posting Komentar

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Bukan Sastrawan . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger