News Update :
Home » » Memuliakan Sastra, Bukan Hanya Tua dan Muda

Memuliakan Sastra, Bukan Hanya Tua dan Muda

Penulis : Rey Yudhistira on Sabtu, 01 Januari 2011 | 23.31



Sastra dalam pemahaman awam, identik dengan proses kelahiran imajinasi seseorang kedalam bentuk karya materil. Yang pasti ia adalah karya kreatif yang mungkin lahir dari keseharian atau yang hanya terbetik dalam benak pengarang saja. Karya sastra menjadi bernilai ketika ia sesuai dengan kaidah-kaidah dan sesuai pada hukumnya sendiri, yakni struktur sastra.

Batasan kebenaran dalam sastra menjadi sangat absurd, ketika yang tersaji didalamnya hanya berdasarkan keyakinan dan pendirian pengarangnya, tapi ia juga bisa juga menjadi kebenaran absolut, bila yang tersaji didalamnya berdasarkan penerjemahan faktual yang tersampaikan secara jujur

Ketika menikmati sastra, seseorang akan menemukan hal-hal yang baru yang sulit terlukis dengan kata, tapi sangat memberi arti bagi spirit kehidupan kesehariannya. Kadang ia mencari sesuatu secara kualitatif dari karya sastra, sesuatu yang bisa memperkaya batin atau sesuatu yang bermanfaat dengan suasana yang estetis.

Keinginan seseorang membaca dan memahami karya sastra sering disebabkan oleh keinginan mencari kepuasan batiniah dan emosionalnya. Ketika ia ingin terhibur dengan sesuatu yang terasa lain dari kenyataan hidup, maka sering ia mendapatkan itu dalam kesusastraan.

Dalam kacamata Jalaluddin Al-Rumy, karya sastra merupakan saripati kehidupan yang telah diolah dan diramu sedemikian rupa dan dibentuk sesuai struktur hukum sastra itu sendiri, yang kemudian pada hakikatnya membentuk bangun yang indah dan estetik. Terlepas dari siapapun yang merangkainya, apakah dia anak kecil, remaja, dewasa atau orang tua sekalipun. Tak ada batasan usia yang menyekat sebuah karya sastra lahir dalam kurun keseharian manusia.

Pemenuhan kebutuhan ruang yang kosong dalam pengembaraan jiwanya akan keindahan serta ekspresi ritmik kehidupan, pergolakan batin, dan kadang rasa ingin tahu mengiring seseorang menikmati karya sastra.

Beranjak dari tak ada kebakuan yang kongkrit tentang struktur sastra setiap zamannya, maka akan terasa sangat ironi ketika ada pemahaman bahwa sastra-sastra lama tak laku lagi zaman sekarang, apalagi dengan semakin canggihnya pasilitas dunia saat ini. 

semakin tua usia zaman semakin bebaslah sastra itu dari ikatan-ikatan hukumnya sendiri. Namun itu adalah sebuah proses yang harus dicermati sebagai fitrah manusia pengarangnya sendiri. Bahwa ia akan terus mencari bentuk-bentuk sesuai dengan keinginan dan pemahamannya tentang dunia sastra itu sendiri. Dan itupun sebuah keniscayaan.

Sebagai khatimah, mungkin kita harus mempunyai iltizam (komitmen) yang kuat untuk terus berkarya tanpa harus menyikut sastrawan-sastrawan lain demi untuk kesempatan popularitas, irama zamanlah yang akan menentukan karya sastra itu bermutu atau tidak, karena sastra itu sendiri adalah irama warna zaman. 


Dari berbagai sumber


Share this article :

+ komentar + 18 komentar

2 Januari 2011 pukul 01.10

aku suka dengan semua kalimat dalam paragraf terakhir:)
nice posting..

2 Januari 2011 pukul 02.28

perkembangan sastra memang mengikuti corak hidup yang semakin canggih.., tapi itu tidak menjadi masalah selama masih bisa kita nikmati. selamat tahun baru..

2 Januari 2011 pukul 05.15

wahh... ilmu sastra ea.. sayang nih jurusan bahasa n sastra di skulq udah di hapus... jd sedih.. nie... hemh.. tapi tetap bangga njika masih ada org yang pduli pda sastra.. good job guys

2 Januari 2011 pukul 12.27

Assalamu'alaikum..
Yab,saya setuju.Dan kepopularan sebuah sastra juga tergantung dari keahlian pengarang bagaimana mengungkapkan kata-kata khas mereka,sehingga mampu membidik hati pembaca.

A nice post.Juga thanks follow dan kunjungannya.
Wassalam..

4 Januari 2011 pukul 20.49

jadi ketika semangat memuliakan sastra turun... itu tandanya...?!?!?

5 Januari 2011 pukul 01.39

Kayaknya saya harus banyak belajar kalau membicarakan kaidah2 sastra...

6 Januari 2011 pukul 09.22

nongolnya kok malah ke blog dummie....hihihi
salam kenal Beben si bloglang anu ganteng kalem tea \m/

7 Januari 2011 pukul 03.40

susah yaa klo ngomongin tentang sastra. eh mungkin saya aja yang emang gak tau hehe..

7 Januari 2011 pukul 05.53

karya sastra di Indonesia harus segera di bangkitkan lagi utk generasi mudah sob :)

7 Januari 2011 pukul 08.35

Wah, bagus sekali kata - katanya gan... :D
Jarang - jarang neh blogger satrawan.. :D
lanjutkan terus gan :D

8 Januari 2011 pukul 06.23

sastra merupakan cermin kebudayaan dasar bangsa, sejak dulu china memasukan sastra dalam kurikulum sekolahnya... mengambil intisarinya untuk filsafat kehidupan

8 Januari 2011 pukul 23.12

salam sobat
sastra memang harus diwariskan ,terutama untuk para generasi muda supaya lestari budaya sastra di Indonesia.

13 Januari 2011 pukul 09.29

Sebagai generasi muda kita harus turut serta dalam melestarikan sastra yang merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.

13 Januari 2011 pukul 18.33

yaps, sastra wajib di pertahankan oleh generasi muda, kalau bukan kita siapa Lagi??

15 Januari 2011 pukul 09.12

brow..gmana caranya bkin template blog sendiri??slam kenal...

23 Januari 2011 pukul 02.18

ya, setuju, kalau bukan anak muda yang memajukan dunia sastra siapa lagi yang bakal menampuknya kelak?
fikir-fikirkan.
btw, nice posting from admin blog ini:) penjelasan yang cukup jelas dan corak penulisan yang mantap!

6 Februari 2011 pukul 01.17

datang sobat.....salam blogger ^_^

Posting Komentar

SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Bukan Sastrawan . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger